Satu lagi netizen Twitter menjadi korban dari tweet yang dia tulis.
Akun @GusN**** namanya.
Kultwit sarat unsur subjektif dan tendensius dengan maksud menyudutkan pihak tertentu disertai narasi narsistik dan provokatif menjadi penyebab hal itu terjadi.
Awalnya tweet yang ia tulis menarik simpati banyak netizen. Nama yang religius, foto ava berpeci dan latar belakang pendidikan keagamaan seolah menjadi jaminan akan tweet yang ia kemukakan.
Penuh kebanggaan terhadap tempat menimba ilmu tersirat dalam setiap kalimatnya. Singkatnya, tempat ia menimba ilmu agama ialah tempat terbaik dibandingkan lembaga ilmu agama yang lain.
Dengan kebanggan berlebihan tersebut, jatuhlah ia ke dalam perbuatan yang tidak semestinya yakni : memberikan tuduhan "wahhabi" bagi individu/jama'ah yang bukan berasal dari tempatnya menimba ilmu. Itu sangat nyata terlihat.
Semakin banyak tweet yang dia tulis, semakin tampak jelas subjektivitas dan tujuannya.
Pada tahap akhir tweet yang ditulis, dia bahkan memberikan daftar nama-nama pondok pesantren "wahhabi".
Alhamdulillah, sangat banyak netizen Twitter yang cerdas dan rasional sehingga tidak mudah begitu saja tersihir oleh tweetnya.
List sejumlah pondok pesantren "wahhabi" menjadi tujuan utama tweetnya mendiskreditkan sejumlah pihak yang tidak sepemahaman dengannya.
Bagi saya, subjektivitas tweetnya sangat jelas terlihat saat dia berikan sejumlah nama pondok pesantren "wahhabi." Hal itu tampak dengan ketiadaan proses investigasi dan ketiadaan standard menilai kesesatan. Dia gunakan kedua hal tersebut untuk menghakimi sejumlah pondok pesantren sebagai pondok pesantren sesat.
Bukan sanjungan namun hujatan yang dia dapatkan dari tweetnya.
"Kreativitas" netizen untuk melacak jejak digital dari sejumlah tweetnya menjadi bahan empuk menyerang balik dirinya.
Seakan memancing amarahnya, netizen tunjukkan kepadanya sejumlah tweet asusila yang telah dia tulis beberapa waktu sebelumnya.
Pprrraaaakkkkkk.....
Pecahlah amarahnya kepada netizen. Makian, umpatan dan kata kata cabul tertulis dalam tweet balasan kepada netizen.
Seketika itu hampir pasti hilanglah rasa hormat netizen ke dirinya.
Bila Anda tak ingin mendapat hujatan, jangan memancing amarah netizen dengan menyudutkan pihak tertentu tanpa bukti dan objektivitas.
Ingat selalu hal itu.
Comments
Post a Comment