Pekan lalu muncul ketidaksepahaman dari sebuah akun di Twitter tentang "Tweet Berkualitas" sehingga terjadilah aksi block terhadap sejumlah besar akun Twitter
Pekan ini muncul kembali ketidaksepahaman dari sebuah akun di Twitter. Masalah saat ini ialah aksi "block" terhadap sejumlah besar akun Twitter lain akibat comment terhadap tweet.
Melakukan block ialah hak setiap pemilik akun Twitter. Pada bagian ini tak seorang pun bisa mengintervensi. Namun bila block dilakukan sebagai respon terhadap comment maka akan timbul dua penafsiran : benar dan keliru.
Hampir semua pemilik akun Twitter yang waras jiwanya sepakat bahwa block dibenarkan bila tweet berisi hal-hal yang merendahkan harkat manusia, melecehkan/menyerang pribadi, provokatif dan pelbagai hal yang mengarah kepada konfrontasi.
Namun aksi block terhadap comment bisa dikatakan keliru bila comment yang masuk imbas dari tweet yang sifatnya "mengada-ada" dan diakhiri dengan kalimat retorik.
Tweet yang "mengada-ada" berpotensi menimbulkan comment serupa dan bahkan mungkin lebih "mengada-ada".
Bila keadaan ini terjari, maka diharapkan tidak ada sikap emosional dan reaktif yang ditunjukkan adanya aksi block terhadap sejumlah besar akun Twitter lainnya. Ingat selalu pepatah "siapa menabur, dia akan menuai".
Adanya kalimat retorik di akhir tweet menunjukkan bahwa pemilik akun sudah sejak awal siap berbeda dengan sejumlah comment yang bakal muncul. Dari sinilah asal inkonsistensi sikap.
Aksi block terhadap sejumlah akun lain tak semestinya terjadi jika cermat dalam menulis tweet, sikap terbuka terhadap comment yang beragam dan menjaga persahabatan.
Comments
Post a Comment