Cukup lama tidak terdengar kabarnya, kini Juru Bicara Presiden Republik Indonesia, Fadjroel Rahman kembali mengeluarkan statement menarik. Pada intinya, ia menyebutkan bahwa influencer ialah jembatan komunikasi pemerintah ke rakyat.
Subjek pada anak kalimat di atas merupakan sesuatu yang membuat saya tidak sependapat dengan Fadjroel, yaitu influencer.
Bagi saya, influencer harus memiliki karakteristik utama : inisiatif.
Inisiatif merupakan kemauan yang timbul dari kesadaran diri untuk bertindak. Kesadaran diri timbul karena ia memiliki kompetensi atau pengetahuan terhadap sesuatu.
Influencer dengan inisiatif yang dimilikinya mampu membuat road map dalam mewujudkan keinginan. Ia mengetahui serangkaian langkah yang harus dilakukan agar gagasannya menjadi nyata. Influencer sejatinya merupakan pemilik gagasan dan majikan suatu pekerjaan.
Bagi seorang influencer, keberhasilan dan keterwujudan pemikiran lebih penting daripada sekumpulan materi yang diperoleh.
Hal tersebut berbeda dengan propagandis. Ia merupakan agen propaganda yang direkrut untuk melakukan suatu tindakan. Sampai tahap ini, propagandis bekerja bukan atas inisiatif pemikirannya. Ia merupakan pelaksana gagasan pihak lain.
Propagandis bersedia melakukan pekerjaan untuk mendapatkan sejumlah materi. Materi yang ia peroleh merupakan kompensasi atas usahanya dalam merealisasikan gagasan pihak lain. Sehingga, dalam menjalankan kegiatannya, propagandis selalu bekerja atas arahan pihak yang merekrutnya.
Propagandis menemukan masa keemasannya pada saat Adolf Hitler berkuasa. Mereka direkrut oleh Hitler selaku penguasa untuk meyakinkan kepada seluruh rakyat Jerman untuk yakin bahwa ras Arya ialah ras terbaik di dunia.
Kita bisa menilai aktivitas setiap pesohor di dunia maya. Mereka melakukan suatu pekerjaan di luar kompetensi dan hampir pasti mereka memperoleh imbalan atas apa yang mereka lakukan.
Mereka termasuk influencer atau propagandis ?
Kita memiliki independensi penuh untuk memilih.
(***)
Comments
Post a Comment