Siapakah Ahlussunah wal Jama’ah ?
#by : b. Yudhiarto#
Nama Ahlussunnah wal Jama’ah begitu indah untuk semua umat Islam.
Keindahan nama tersebut membuat setiap muslim ingin selalu terikat didalamnya.
Ahlussunnah wal Jama’ah bukanlah milik sedikit orang, milik kelompok/ organisasi tertentu juga bukan klaim pengakuan dari seseorang.
Siapakah Ahlussunnah wal Jama’ah yang sesungguhnya ?
Memahami makna dari Ahlussunnah wal Jama’ah haruslah dikembalikan sebagaimana nama tersebut terbentuk pada mulanya. Hal keliru bila memahami arti Ahlussunah wal Jama’ah hanya berdasarkan konsep kekinian (muta’akhir).
Kata ‘ahlu’ secara terminologi bermakana sebagai ‘pengikut ; penerus’.
Hal ini cukup mudah dipahami karena konsepnya sangat sederhana.
Kata “sunnah” secara terminologi bermakna segala perbuatan Zhahir dan perbuatan Bathin yang dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi was sallam yang mencakup keyakinan (aqidah), ucapan, tindakan, perintah, larangan, bahkan sikap diam beliau.
"Sunnah" bisa pula diartikan sebagai "jalan" yang ditempuh oleh Rasullullah yang didalamnya berfungsi sebagai "petunjuk" bagi umatnya secara umum.
Bila dilihat dari sumbernya, “Sunnah” berada di bawah “aL Qur’an”.
Namun bila digunakan sebagai pendalilan, “Sunnah” juga merupakan sumber dalil aqli selain aL Qur’an karena pada hakekatnya “Sunnah” ialah pentafsir al Qur’an.
Kata “jama’ah” secara terminologi syar’i diartikan sebagai bersatunya banyak orang di bawah seorang imam.
Kata “jama’ah” dalam konteks Ahlussunnah wal Jama’ah ialah terikat dengan “sunnah”, sehingga memahami “jama’ah’ ialah sekumpulan orang yang berkumpul di bawah seorang imam dalam menepaki Sunnah.
Pada saat itu hanya ada satu “jama’ah” dan satu “imam” yakni jama’ah yang didalamnya berkumpul para shahabat Nabi yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar dengan Rasulullah sebagai imamnya.
Sehingga makna “Jama’ah” bila dia diikatkan dengan Ahlussunnah wal Jama’ah ialah para Shahabat Rasulullah.
Bisa disimpulkan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah ialah para shahabat yang bersatu di bawah kepemimpinan Rasulullah sebagai imamnya untuk selalu mengikuti jejak beliau.
Dalam konteks kekinian, makna Ahlussunnah wal Jama’ah tetaplah terikat dengan makna Ahlussunah wal Jama’ah pada mulanya yaitu siapapun mereka yang tetap berpegang teguh dan istiqamah dalam meneladani Sunnah Rasulullah ialah Ahlussunnah wal Jama’ah, meskipun dalam meneladani Sunnah tersebut dia seorang diri.
Karakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah.
Secara umum terdapat tiga karakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu :
1. Berpegang kepada aL Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman Shahabat.
Para shahabat Nabi menyaksikan bagaimana wahyu diturunkan kepada Rasullullah sehingga mereka memahami secara shahih asbabul nuzzul ayat Qur’an dan asbabul wurud hadits.
Tidak ada manusia pun setelahnya yang memiliki keutamaan akan hal tersebut.
2. Pertengahan (wasathiyyah) dalam setiap perkara.
Ahlusunnah wal Jama’ah menjadikan Qur’an dan Sunnah yang dipahami shahabat sebagai pedoman/pegangan sehingga sikap ahlusunnah wal jama’ah selalu di tengah (wasathiyyah) di antara berlebih-lebihan (ifraath) dan menggampangkan (tafriith).
Bila melihat hal tersebut, maka objektivitas sikap ahlussunnah wal jama’ah selalu tampak dalam sikapnya.
3. Tidak fanatik (ta’ashub) dalam segala hal.
Sikap fanatik (ta’ashub) ahlussunnah wal jama’ah hanya kepada Rasulullah karena beliau sosok yang Allah Menjaganya dari kekeliruan (ma’shum).
Fanatik terhadap imamatul arba’ (Abu Hanafi, Malik, Syafi’i, Ahmad) bukanlah sikap seorang ahlussunnah wal jama’ah karena imam mazhab tersebut berbeda dalam hal fiqih namun mereka sama dalam aqidah.
Allahu Musta'an.
Comments
Post a Comment