Skip to main content

TINJAUAN UMUM MENYIKAPI PERMASALAHAN


#by : b. yudhiarto#

Telah diketahui dan sulit dinegasikan bahwa manusia ialah makhluk sosial yang membutuhkan sesamanya dalam keseharian.

Kebutuhan terhadap sesamanya melahirkan bentuk interaksi sosial yang beragam bentuknya. Keberagaman bentuk tersebut seringkali membuahkan permasalahan.

Permasalahan yang ditimbulkan dalam interaksi salah satunya dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir dan bersikap yang tidak seragam antar individu.

Begitu kompleksnya permasalahan sehingga sangat sulit melokalisasi suatu masalah. Ini terjadi karena suatu masalah biasanya ada keterkaitan dengan masalah yang lainnya.

Terdapat dua bentuk masalah berdasarkan ukuran permasalahan yang ada : kecil dan besar.

Bentuk masalah kecil dapat berupa masalah yang hanya melibatkan diri pribadi dan keluarga sedangkan bentuk masalah besar dapat berupa masalah kompleks yang menyangkut masyarakat dan negara.

Sejatinya permasalahan yang timbul lebih disebabkan adanya perbedaan sudut pandang dan bukan berdasarkan kebencian.

Jika latar belakang berupa kebencian, maka hal itu bukan lagi disebut sebagai suatu masalah melainkan sebuah permusuhan.

Kembali ke perbedaan sudut pandang yang mendasari adanya suatu masalah. Perbedaan sudut pandang ini terkait satu hal esensial : tingkat pemahaman.

Tingkat pemahaman yang majemuk di antara individu disebabkan adanya tingkat pendidikan dan kedewasaan berpikir.

Individu dengan tingkat pendidikan yang memadai lebih bisa bersikap akomodatif terhadap gagasan atau pendapat dari luar diri/kelompoknya.
Sebaliknya, individu dengan pendidikan secukupnya cenderung emosional dan reaktif dalam merespon gagasan yang datang dari luar diri/kelompoknya.
Sikap yang bijak lebih ditekankan kepada individu dengan pendidikan memadai untuk lebih bersabar dan memaklumi karakteristik individu lain dengan tingkat pendidikan secukupnya.

Kedewasaan berpikir tidak selalu paralel dengan tingkat pendidikan tinggi.
Sikap kedewasaan berpikir lebih didasari pengalaman hidup yang bervariasi dan interaksi sosial dengan banyak tipe karakteristik manusia. Individu yang  memiliki kedewasaan berpikir kerapkali lebih didengar daripada individu berpendidikan memadai namun minim pengalaman hidup. Semakin matang kedewasaan berpikir yang dimiliki seorang individu, dia akan bersikap progresif dan solutif dalam menghadapi suatu masalah. 

Kedua  hal tersebut bisa bertransformasi menjadi modal dalam mengelola masalah/konflik sehingga tidak mustahil akan lahir disiplin ilmu baru di dunia pendidikan : Manajemen Masalah.

Allahu Muata’an.

Comments

Popular posts from this blog

Masuk Angin

Tadi malam udara Kota Jakarta sangat dingin  karena hujan. Wanita yang melahirkanku masuk angin jadinya.  Penyakitnya wong ora duwe ya masuk angin. Mau dibawa ke rumah sakit tentu dikatakan  berlebihan.  Khawatir diketawain   BPJS Kesehatan. Masuk angin wae  ke rumah sakit. Lalu beliau minta tolong kepadaku untuk kerikan dan pijat di badan. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua... cieee .... Yaa harus melakukan yang diminta. Insya Allah. Ibuku kerap kerikan bila masuk angin. Itu karena kami wong cilik  sehingga  nggak cukup duit pergi ke dokter dan menebus obat ke apotek.  Ibuku juga bukan orang pintar yang minum Tolak Angin saat masuk angin.  Cukup kerikan sambil melestarikan warisan leluhur dalam pengobatan. Bismillah . Nyuwun bagas waras. Kuambil minyak gosok dan urut, uang logam Rp 1000 warna perak-kuning dan Rp 500 warna kuning serta tissue yang berada di wadahnya. Konon, harga kedua uang logam tersebut saat ini mencapai ratusan juta loh... Kuputarkan lagu lagu lawas k

Ora Opo Opo

Senin pagi ini Jakarta tampak mendung. Matahari enggan menampakkan sinarnya. Tak seperti beberapa hari sebelumnya.   Hari ini tanggal 13 Juli 2020 dimulainya tahun ajaran baru bagi anak sekolah di semua jenjang. Semoga saja suasana mendung pagi ini bukan firasat tentang suramnya kualitas pendidikan di saat pandemi Corona yang belum menunjukkan kapan akan berakhir. Allahu A'lam . Saya tetiba teringat  ketika menjadi siswa baru di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Dulu, para murid baru mengawali sekolah di tingkat SMP dan SMA  dengan mengikuti upacara penerimaan siswa baru di hari Senin. Saat itu pula semua siswa saling berkenalan sesama mereka. Setelah mereka saling kenal maka pendidikan wajib yang harus diikuti ialah Penataran P4 (Pedoman penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang dilakukan selama satu minggu. Itu berlaku bagi murid baru tingkat SMP dan SMA. Jaman sekarang  istilah yang tepat menganalogikan hal di atas ialah MOS (Masa Orientas

Alih Status Pegawai KPK Menjadi ASN

Menyandang status Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi idaman bagi sebagian besar orang. Jaminan pensiun, kenyamanan kerja dan berbagai fasilitas merupakan beberapa alasan yang menjadi motivasi meraih pekerjaan sebagai ASN. Menyandang status ASN tidak selalu menjadi  kabar gembira. Setidaknya hal itu terjadi di lingkungan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Status pegawai KPK sebagai ASN tertuang dalam Peraturan Pemerintah  (PP) Nomor 41 Tahun 2020 tentang Pengalihan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi Aparatur Sipil Negara. Peraturan tersebut merupakan konsekuensi yuridis terhadap Undang Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) Nomor 19 Tahun 2019. Alih status pegawai KPK sebagai ASN sejatinya bertentangan dengan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa dalam Memberantas Korupsi  (United Nations Convention Againts Corruption)  dimana Indonesia ikut meratifikasi hal itu. PP No. 41 Tahun 2020 memperlihatkan bahwa saat ini  keberadaan KPK merupakan  bagian dari pemerintah