Saya belajar naik sepeda saat berusia enam tahun. Kala itu sepeda merek BMX (Bicycle Motor Cross) ukuran kecil.
Jawabannya sangat beragam bahkan ada yang baru belajar naik sepeda setelah baligh. Nggak salah sih jika melihatnya sebagai apresiasi semangat bersepeda.
Beberapa minggu ini ada euforia di masyarakat.
Kenapa bisa demikian ?
Sepeda menjadi penyebabnya.
Masyarakat kota dan desa, tua dan muda, pria dan wanita tetiba dihinggapi semangat mengayuh sepeda sebagai suatu kegemaran baru. Entah ini hanya euforia sesaat karena keberhasilan strategi pemasaran produsen sepeda ataukah ini sebuah gaya hidup baru. Mendadak sepeda.
Baiklah. Saya bicara yang ringan ringan saja mengenai sepeda seringan mengayuh sepeda di pagi hari. Asyiiikkk....
Kring... Kring...
Pada mulanya sepeda ialah alat transportasi darat beroda bagi manusia. Umumnya sepeda didesain memiliki roda dua. Namun ada beberapa keadaan yang menuntut jumlah roda sepeda bisa kurang atau lebih dari dua. Sepeda beroda satu (unicycle) bisa kita lihat di seni pertunjukan sirkus. Sepeda beroda dua (bicycle) dapat kita saksikan seperti sekarang. Sedangkan sepeda beroda tiga (tricycle) biasanya digunakan untuk anak anak yang dalam masa berlatih mengayuh sepeda.
Saya batasi pada sepeda beroda dua (bicycle) karena sepeda jenis ini yang sedang trend.
Sebelum menjamurnya moda transportasi beroda, sepeda mengalami masa kejayaan. Itu terjadi ketika belum melimpah jumlah sepeda motor dan mobil seperti saat ini sebagai pesaingnya. Cara memiliki keduanya pun sangat sulit karena harga mahal dan harus membeli secara tunai (cash). Alasan tersebut mendorong lahirnya sepeda sebagai pilihan yang diminati karena harganya murah dan mudah diperoleh.
Seiring dengan era industrialisasi otomotif di Indonesia, populasi pengguna sepeda mengalami penurunan cukup drastis. Keadaan tersebut imbas dari keberadaan sepeda motor dan mobil yang secara umum lebih modern daripada sepeda. Modern karena sepeda motor dan mobil merupakan jenis transportasi fast mobility yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak sedangkan sepeda merupakan jenis transportasi slow mobility yang bergantung pada kekuatan kaki manusia dalam mengayuhnya.
Saya menilai bahwa sepeda saat ini tetap tidak efisien digunakan sebagai salah satu alat transportasi. Melelahkan meskipun menghemat pengeluaran keuangan. Coba Anda buktikan setiap hari berangkat ke tempat kerja dengan sepeda. Sesampai di tempat kerja hanya kelelahan yang Anda rasakan sehingga produktivitas kerja yang Anda lakukan belum tentu memberikan hasil maksimal. Selain itu, keterbatasan sepeda pada sisi daya angkut dan kecepatan geraknya tidak sanggup bersaing dengan kedua jenis alat transportasi darat tersebut yang memiliki kelebihan pada daya tampung yang lebih banyak dan kecepatan gerak yang lebih tinggi.
Saya kira perlu beberapa waktu yang tak pasti agar Indonesia mampu membudayakan sepeda sebagai sarana transportasi dalam mendukung aktivitas keseharian.
Ini tentu berbeda ketika kita bandingkan dengan negara Denmark. Aktivitas bersepeda di sana sangat lumrah dilakukan dalam keseharian. Bekerja, berbelanja, sekolah dan beragam kegiatan masyarakat akrab dilakukan dengan sepeda sebagai tunggangan. Culture dan regulasi sangat mendukung sepeda sebagai moda transportasi utama di sana.
Trend penggunaan sepeda saat ini saya pahami sebagai sebuah pergeseran kegunaan sepeda dari sarana transportasi menjadi sarana refreshing.
Sisi refreshing yang ada pada sepeda lebih disebabkan karena konsistensinya sebagai moda transportasi slow mobility : alat transportasi bergerak lambat.
Slow mobility yang ada pada sepeda menawarkan sensasi berkendara penuh ketenangan namun juga menyehatkan dan menyenangkan. Manfaat slow mobility ialah sebagai tersebut alternatif solusi untuk melepaskan diri dari rutinitas harian yang padat dan terus berulang dan berulang.
I want to ride my bicycle
I want to ride my bike
.......
(***)
Comments
Post a Comment