Grha. Bukan Graha.
Grha diambil dari bahasa Sanskerta yang bermakna rumah, griya.
Graha bermakna buaya dalam bahasa Sanskerta.
Grha dicitrakan sebagai rumah mewah, berukuran luas dan tinggi menjulang. Identik dengan simbol kemakmuran finansial.
Mustahil orang miskin bisa punya grha. Hanya orang super kaya yang pantas tinggal di grha.
Satu yang pasti grha ialah rumah dengan harga sangat mahal.
Kupejam mata melihat imajinasi.
Grha.
Hal yang tak mungkin aku dalam naungannya.
Aku seorang anak petani penggarap. Kedua orang-tuaku bekerja menggarap sawah milik orang lain. Buruh tani. Itulah atribut bagi dua orang yang membuatku ada di dunia ini.
Gaweanku angon. Aku seorang gembala kambing. Meski aku seorang gembala kambing namun aku tetap bangga, setidaknya bisa mengikuti jejak para Nabi yang hampir semuanya pernah menggembalakan kambing.
Tak lebih dari sepuluh kambing kami miliki. Harta bernyawa yang kami punya.
Aku bersabar dalam derita.
Aku berteduh dari panas dan hujan dengan dinding kayu reyot dan lantai tanah. Semut, nyamuk, kecoa dan kelabang menjadi bagian dari keluarga kami.
Menyisakan kenangan dalam gubug kecil penuh beban dan derita ialah satu dari cita-citaku di suatu hari kelak.
Grha menjadi tempatku menyimpan kenangan pahit namun terlalu payah dilupakan.
Taman.
Bukan taman kanak-kanak.
Bukan taman wisata.
Bukan taman makam pahlawan.
Bukan seribu taman berbagi ceria.
Bukan...
Bukan...
Bukan...
Tamanku taman yang asri.
Tamanku ialah taman festival.
Tamanku wujud baru lebih indah.
Tertata rapi tak seperti taman liarku saat menggembala kambing.
Warna-warni tak hanya hijau seperti rumput yang dilahap kambingku.
Tempat berkumpul kupu-kupu, belalang dan burung, bukan sarang ular berbisa yang kerap mengancam aku dan kambingku.
Memancar darinya air jernih, bukan air keruh tempat habitat kecebong.
Tamanku menjadi istirahatku menikmati kemewahan selepas kemiskinan.
Pelangi.
Merah.
Jingga.
Kuning.
Hijau.
Biru.
Nila.
Ungu.
Selainnya bila masih ada.
Lukisan indah di langit. Tercipta dari satu yang terurai : putih.
Aku meyakini keindahannya namun tak pernah kusaksikan kala mendung datang dan hujan menyergap.
Aku lebih tertarik menggiring kambing-kambingku kembali ke kandang daripada melihat keindahannya.
Kumuhnya kandang kambing membuatku lalai menyaksikan megahnya sebuah karya agung terukir di langit.
Grha. Taman. Pelangi.
Mozaik.
Grha Taman Pelangi.
Harmoni.
Grha Taman Pelangi.
Tempat idaman bagiku dalam menjalani kehidupan baru penuh kemewahan.
Rumah sangat mewah, megah, luas dan berlantai marmer.
Taman membentang seluas mata memandang. Tempatku duduk bersandar sembari meluruskan kaki, menikmati makanan-minuman di sisi dan bermain dengan ragam fauna cantik nan menyejukkan mata.
Pelangi menghiasi langit menjadi teman setia menjalani indahnya hidup.
Grha Taman Pelangi : Surga dalam khayalanku.
Kagumku pada Grha Taman Pelangi terus kunikmati dalam imajinasi.........
(***)
Comments
Post a Comment