Sebuah harapan harus diapresiasi, terlebih harapan menjadi pemimpin rakyat dalam mencapai kesejahteraan. Namun, apresiasi bukan berarti menihilkan sikap kritis.
Paragraf di atas patut ditujukan kepada Giring Ganesha alias Giring Nidji, mantan vokalis band Nidji. Ia kini menjadi politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berniat mencalonkan diri di pemilihan presiden 2024.
Saya tidak menertawakan hal itu karena sudah banyak pihak tertawa terpingkal - pingkal menanggapinya.
Politikus muda PSI itu saat ini berusia 37 tahun. Artinya, pada tahun 2024 ia akan berumur 42 tahun. Semoga panjang umur. Aamiiiin...
Bila membuka biografi para Presiden Republik Indonesia, kita akan paham berapa usia mereka ketika mulai menjabat presiden.
Sukarno menjabat presiden ketika berusia 44 tahun. Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ketika berumur 45 tahun. Selanjutnya, B.J. Habibie dan Abdurrahman Wahid masing masing menjabat presiden pada usia 62 tahun dan 59 tahun. Sementara itu, Megawati menjadi wanita presiden ketika berusia54 tahun. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden yang dipilih langsung rakyat saat usia 55 tahun. Presiden Joko Widodo menjadi presiden ajaib Republik Indoensia ketika berusia 54 tahun.
Jika Giring Nidji terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029, ia merupakan presiden termuda dalam sejarah Indonesia. Usia 42 tahun menjadi presiden. Sebuah pencapaian monumental bagi generasi muda.
Kita tengok dua pemimpin muda lain. Yaitu, Presiden Perancis dan Perdana Menteri Selandia Baru. Emmanuel Macron menjadi Presiden Perancis ketika berusia 40 tahun. Jacinda Ardern menjadi Perdana Menteri Selandia Baru ketika menginjak usia 37 tahun. Luar biasa..!!!
Life begins forty. Tampaknya kisaran usia 40-an tahun menjadi motivasi bagi Giring Nidji menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia.
Harus diakui, Giring Nidji merupakan sosok sarat prestasi di bidang hiburan. Selain sebagai vokalis Nidji, Giring juga membintangi sejumlah film dan pengisi suara serta bintang iklan. Kesungguhannya di bidang pilitik ditandai dengan keluarnya ia dari Band Nidji yang membesarkan namanya.
Keberhasilan di dunia hiburan tidak lantas bisa menjadi jaminan kesuksesan Giring Nidji di dunia politik, terlebih untuk menjadi presiden.
Secara faktual, pemilihan presiden dilakukan secara voting (pemungutan suara). Banyak faktor sangat mempengaruhi dalam perolehan suara.
Satu cara memperoleh suara ialah kemampuan menarik simpati rakyat. Simpati rakyat terhadap calon pemimpin muncul dari setidaknya dua hal : kharisma dan kompetensi.
Berbicara tentang kharisma, saya berkeyakinan hal itu dimiliki Giring Nidji selama berada di dunia hiburan. Buktinya, album Nidji selalu sukses di pasaran. Tetapi, harus diakui bahwa Giring Nidji kurang begitu berkharisma di bidang politik.
Saya bisa memaklumi hal itu. Ia baru menekuni politik sekitar tiga tahun. Sangat mungkin proses transisi dari dunia hiburan ke dunia politik menyebabkan ia harus kembali membangun kharisma diri mulai dari awal. Dan, ini bukan suatu hal mudah dilakukan. Sampai saat ini, masyarakat masih lebih mengenal Giring Nidji sebagai sosok vokalis band daripada seorang politikus.
Kompetensi di bidang pemerintahan setidaknya perlu dimiliki setiap calon pemimpin. Kepemilikan kompetensi tidak selalu harus menjadi pejabat pemerintahan pada tingkat tertentu. Kompetensi bisa dibangun dengan proses pembelajaran pemerintahan secara berkelanjutan.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi wadah terbaik bagi Giring Nidji membangun dan meningkatkan kompetensinya tentang segala hal pemerintahan.
Pertanyaannya. Apakah saat ini sampai 2024 menjadi periode waktu yang tepat bagi Giring Nidji melakukan lompatan super besar dari seorang kader partai politik gurem menjadi calon presiden ??
Saya menggunakan data hasil perolehan suara pemilihan presiden selama 2004 sampai 2019 sehingga bisa memotivasi Giring Nidji meraih mimpinya.
Tahun 2004, SBY memenangkan pemilihan presiden dengan total suara sebanyak 69.266.350. Lima tahun berikutnya perolehan suara SBY mencapai 73.874.562.
Tahun 2014, Joko Widodo menjadi presiden terpilih dengan perolehan suara 70.997.833. Pemilihan presiden tahun lalu, perolehan suara Joko Widodo sebanyak 85.607.362.
Alhamdulillah, perolehan suara Giring Nidji pada pemilihan legislatif 2019 mencapai 47.062 suara. Jumlah suara tersebut tidak mampu menghantarkan langkah Giring Nidji duduk di parlemen.
Menaikkan peroleh suara puluhan ribu menjadi puluhan juta memerlukan investasi tenaga dan waktu yang tidak singkat.
Langkah realistis bagi Giring Nidji ialah fokus membangun basis massa loyal terhadapnya.
Terlalu premature mencalonkan diri menjadi calon presiden.
(***)
Comments
Post a Comment