Beberapa hari ke belakang timbul keresahan di masyarakat. Keresahan itu karena beredarnya video yang memperlihatkan seorang pedagang cuanki meludahi mangkuk kosong sebelum melayani pembeli.
Marah terhadap hal itu ialah hal yang bisa diterima.
Dilihat dari sisi etika, hal tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh siapapun.
Dari semua sisi kehidupan, melihat kelakuan pedagang itu hampir semua manusia berakal akan mengatakan hal itu suatu kekeliruan fatal.
Hanya kelakuan seorang pedagang curang, semua penjual bakso cuanki kini merasakan imbasnya. Bisa dipastikan masyarakat akan berhitung beberapa kali untuk membeli bakso cuanki setelah kejadian memalukan ini.
Ada rasa sedih dan marah dalam diri saya melihat viralnya video kecurangan penjual cuanki tersebut.
Sangat dimungkinkan banyak pembeli menjadi korban perilaku tak beradab ini.
Kesedihan akan hal ini tidak hanya saya rasakan dari sisi pembeli, namun juga rekan rekan sesama penjual cuanki.
Banyaknya pesaing penjual makanan sudah pasti menurunkan pendapatan penjual cuanki. Ini diperparah selama hampir empat bulan mereka mengalami penurunan omzet penjualan gegara pandemi Corona melanda.
Pasca kejadian viral video itu, saya sangat yakin omzet penjualan cuanki semakin turun drastis. Mereka harus menanggung kerugian yang disebakan ulah seorang penjual yang tak beradab.
Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Demikianlah hal tersebut terjadi.
Marah akan hal itu sudah pasti terjadi seperti saya katakan di awal tulisan ini. Namun kemarahan di atas ialah kemarahan terhadap sikap dia kepada pembeli secara umum.
Namun kali ini saya harus marah untuk tingkat marah yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Marah kali ini bukan soal pelecehan kepada pembeli sebagai sesama manusia tetapi saya marah kepadanya karena dia telah "menjual" aqidahnya.
Sebagai seorang muslim tentu paham dia bahwa perbuatan yang dia lakukan ialah sebuah kesyirikan.
Dia melakukan ritual meludahi mangkuk agar omzet penjualannya mengalami kenaikan. Nasihat dari dhukun lebih dia taati daripada menjaga sikapnya untuk menghindari kesyirikan.
Dalam konteks aqidah Islam, perbuatan yang dilakukan termasuk kategori dosa besar yang diancam siksa neraka bila dia tidak segera bertaubat meninggalkan perbuatannya.
Perbuatan yang dia lakukan sejatinya justru berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
Dia melakukan kecurangan terhadap penjual dan juga melakukan kemaksiatan terhadap Allah Azza wa Jalla.
Naudzubillah min dzaliik.
Semoga kita terhindar untuk melakukan perbuatan buruk yang dia lakukan.
Baiklah.
Saya cukupkan untuk ekspresi emosi saya terhadap penjual cuanki tersebut.
Ngomong ngomong arti cuanki itu apa sih ?
Sepanjang yang saya pahami, cuanki awalnya bermula di Kota Bandung.
Cuanki mirip dengan berbagai jenis bakso pada umumnya. Namun ada satu karakteristik yang unik yaitu bakso tersebut tetap dijajakan dengan cara dipikul di pundak.
Bukankah lebih praktis dan ringan bila berjualan dengan gerobak dorong ?
Saya mencoba tanyakan hal itu.
Beberapa penjual memiliki jawaban serupa bahwa berjualan cuanki secara dipikul lebih leluasa dilakukan.
Kenapa hal itu bisa ?
Bandung memiliki tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga banyak areal permukiman penduduk berada dalam gang sempit.
Hal itu setidaknya terlihat di daerah Dipati Ukur dan Plesiran.
Dua daerah tersebut merupakan contoh lingkungan padat penduduk sehingga sangat lazim ditemukan gang gang sempit.
Semakin terlihat sangat padat penduduk karena kontur tanah di kedua daerah tersebut tidaklah rata alias naik-turun.
Lazimnya para penjual makanan berkeliling dari satu gang sempit ke fang sempit lainnya.
Untuk memudahkan "mobilitas" dalam menawarkan cuanki sebagai barang dagangan, maka para penjual cuanki menjajakannya dengan cara dipikul di pundak.
Hal ini dilakukan karena satu alasan bahwa berjualan cuanki sangat tidak mungkin bisa leluasa bergerak di daerah padat penduduk dengan gang sempit serta kontur tanah naik-turun.
Sangat rasional alasan menggunakan pikulan sebagai ganti berobak dorong dalam menjajakan cuanki.
Dengan pikulan itu, para penjual cuanki memiliki keleluasaan bergerak menyusuri jalan jalan sempit berliku dan naik-turun demi mendapatkan penghasilan.
Sampai di sini saya paham secara utuh.
Lalu saya tanyakan apa arti cuanki kepada sejumlah penjual cuanki itu.
Mereka kembali memiliki jawaban serupa bahwa cuanki ialah sebuah singkatan dari Cari Uang Jalan Kaki.
(***)
Comments
Post a Comment