Skip to main content

Posts

Kritik

Kerap kita saksikan di pelbagai media tentang berbagai respon pejabat publik terhadap kritik. Kritik ialah bentuk penilaian masyarakat terhadap kebijakan (termasuk kinerja)  pejabat. Setajam dan sebengis apapun bentuk kritik tidak akan bisa mengubah suatu kebijakan yang telah ditetapkan bila pejabat bersikeras dengan sikapnya. Senyum, guyon  bahkan sikap reaktif merefleksikan pemahaman para pejabat tentang kritik yang mereka terima.  Senyum pejabat dalam menanggapi kritik bisa ditafsirkan beragam oleh masyarakat. Ada pejabat yang tersenyum tulus mengakomodasi kritik terhadapnya. Saya memberi kredit terhadap sikap mereka. Hal itu menandakan sikap legowo mau menerima kritik. Sikap demikian hanya bisa masyarakat peroleh dari para pejabat yang menyadari bahwa tugas utamanya ialah sebagai pelayan masyarakat. Namun, jangan lupa bahwa senyum pejabat ketika menerima kritik juga bermakna sikap sebaliknya. Satu contoh ialah Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto. Dibalik senyum

Pertanyaan Konyol

Aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang Undang Cipta Kerja telah terjadi sejak Selasa 6 Oktober 2020. Demonstrasi buruh dan mahasiswa terjadi hampir di seluruh provinsi menjadi bukti undang undang yang disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 tersebut berlawanan dengan kehendak rakyat. Satu pertanyaan konyol datang dari pihak yang mendukung undang undang tersebut. Mereka kerap melontarkan pertanyaan "Sudah membaca seluruhnya isi undang undang tersebut ?" Dengan melontarkan pertanyaan tersebut, seolah-olah mereka sangat memahami setiap pasal dan penjelasan yang ada di draft undang undang yang berjumlah lebih dari 900 halaman. Padahal, mereka bukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun tim ahli yang merumuskan setiap pasal yang ada dalam Undang Undang Cipta Kerja itu. Konyol. Hanya karena mendukung pemerintah, serta merta ia memiliki pemahaman super cepat terhadap detail Undang Undang Cipta Kerja. Okey . Itu hak mereka menjadi sok paling mengerti Undang Undang Cipta

Semut

Kebesaran jiwamu mengungguli kecilnya ragamu Kesucian hatimu mencerahkan hitam kulitmu Kebersamaanmu menutupi lemahnya dirimu Kepasrahanmu mencukupi kebutuhanmu Kesabaranmu menciptakan keteraturan sesamamu Ketaatanmu sungguh mengesankan nan tiada banding Sulaiman pun tersenyum Menatap kaummu bergegas menuju kegelapan tempatmu singgah (***)

Sahabat Hening

Kita berkawan lama Tangis pertamaku Memecah sunyimu Waktu entah kapan berakhir Umur kita makin menua Kerut kulitku tergambar nyata Namun,... Heningmu tetap nyaman untukku Wahai malam,... Aku tetap bersahabat denganmu Aku tetap merindukan sunyimu Bersabar bersamamu Berharta pikiranku (***)

Lebah

Waspada Kala engkau mengangkasa Tampak oleh netra Insan kerap keliru menafsir  Hadirmu sebagai ancaman Bukan Bukan Engkau bukan ancaman Engkau tak memulai menyakiti Engkau pemberani kala tersakiti Engkau ksatria kecil bersayap Ku diam terpaku menatapmu Tak bergerak Tak bersuara Bagiku engkau istimewa Kemuliaanmu mengesankan Engkau memakan yang terbaik Engkau mengeluarkan yang terbaik Tuhan memuliakan dirimu Namamu terukir dalam KitabNya (***)

Kecewa

Merindu Ceria, Bertemu Nestapa Merajut Kasih, Berurai Benci Bermimpi Bahagia, Bersua Sungkawa Berharap Hujan, Bermandi Peluh Berhasrat Tuntas, Berbuah Utas Tak Berbatas Berteman Cinta, Berbekas Luka (***)

Pernyataan Mantan Panglima TNI Tentang Kebangkitan PKI

Pernyataan Gatot Nurmantyo tentang kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan pernyataan serius. Saya sangat meyakini pernyataan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersebut. Pernyataan Gatot Nurmantyo tersebut diucapkan ketika ia masih aktif sebagai Panglima TNI. Meski telah pensiun dari kedinasan, Gatot masih konsisten dengan pernyataan bangkitnya PKI di Indonesia. Ketika Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI tentu ia memiliki landasan pernyataan tentang kebangkitan PKI. Saya sangat yakin, Gatot Nurmantyo mendapat informasi kebangkitan PKI salah satunya melalui BAIS (Badan Intelijen Strategis), suatu badan intelijen di TNI. Sebuah paham tak akan pernah hilang. Termasuk, paham komunisme. Ia masih tetap ada sampai detik ini hanya menyaru dalam suatu wadah yang memungkinkan paham komunisme tetap berkembang. Dan, cara paling tepat mengidentifikasi paham komunisme ialah praktik intelijen terkoordinasi. Keyakinan saya tentang kebangkitan PKI semakin bertambah ketik