Skip to main content

Posts

Kesenian Jalanan

Barongsai. Ondel-ondel. Dua kesenian tersebut selalu saya lihat di perumahan Poris, Kota Tangerang.  Bukan pertunjukan seni sarat nilai  keindahan namun kesenian yang berubah menjadi alat untuk mencari uang.  Ngamen . Begitulah istilah yang tepat. Prihatin ? Tentu. Ngasih uang ? Tidak. Tega banget ? Biarin .  Saya tidak tahu pasti sejak kapan barongsai dan ondel-ondel ngamen di sepanjang Stasiun Poris hingga kompleks perumahan Poris.  Yang pasti kedua pertunjukan jalanan itu masih ada sampai tulisan ini dibuat.  Setiap hari.  Saat sore hingga malam.  Maklum saja di lokasi tersebut banyak berjejer pertokoan, pasar dan permukiman. Mereka beraksi tidak sendiri tetapi bersama sama membentuk kelompok. Tampaknya dua kesenian jalanan itu dilakukan secara terorganisir. Saya tidak merasa terganggu oleh kehadiran barongsai dan ondel-ondel tiap sore hari karena hadirnya mereka tidak langsung mengganggu privasi saya.  Mereka juga tidak memaksa untuk memberi uang atas atraksi yang telah mereka

Teh yang Nikmat

Tempo hari saya menikmati kopi hitam untuk mengusir dingin pagi hari di Jakarta. Kali ini saya mau bicara ringan tentang teh. Yups ..!!! Tanaman teh dikenal dengan nama ilmiah Camellia sinensis banyak ditanam di dataran tinggi di Indonesia. Setidaknya beberapa daerah dikenal sebagai penghasil teh yakni Bogor, Subang, Pangalengan, Slawi dan Malang. Teh pada umumnya memiliki tiga jenis : teh hitam, teh hijau dan teh putih. Penggolongan tingkat kepekatan teh ini terkait dengan proses fermentasi selama masa produksi. Fermentasi pada teh dilakukan untuk mendapatkan karakteristik berupa warna seduhan, aroma dan warna ampas seduhan. Semakin pekat warna teh semakin menunjukkan adanya proses fermentasi yang lama. Tingkat kepekatan pada teh juga berbanding terbalik dengan harga di pasaran. Semakin berkurang kepekatan warna  teh semakin mahal harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya. Teh putih ialah teh dengan harga di atas rata-rata harga pasar. Secara umum masyarakat Indonesia mengkonsum

Cuanki

Beberapa hari ke belakang timbul keresahan di masyarakat. Keresahan itu karena beredarnya  video yang memperlihatkan seorang pedagang cuanki   meludahi mangkuk kosong sebelum melayani pembeli.  Marah terhadap hal itu ialah hal yang bisa diterima.  Dilihat dari sisi etika, hal tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh siapapun.  Dari semua sisi kehidupan, melihat kelakuan pedagang itu hampir semua manusia  berakal akan mengatakan hal itu suatu kekeliruan fatal.  Hanya kelakuan seorang pedagang curang, semua penjual bakso cuanki kini merasakan imbasnya. Bisa dipastikan masyarakat akan  berhitung beberapa kali untuk membeli bakso cuanki setelah kejadian memalukan ini. Ada rasa sedih dan marah dalam diri saya melihat viralnya video kecurangan penjual cuanki tersebut. Sangat dimungkinkan banyak pembeli  menjadi korban perilaku tak beradab ini. Kesedihan akan hal ini tidak hanya saya rasakan dari sisi pembeli, namun juga rekan rekan sesama penjual cuanki .  Banyaknya pesaing penjual mak

Kopi

Jakarta pagi ini terasa sangat dingin. Tanggal 17 Juni 2020 sekitar pukul 5:40 BBWI. Menuangkan air ke dalam ketel lalu menyalakan kompor menjadi langkah awal mengusir rasa dingin yang menyergap. Sekitar lima menit saya panaskan air dalam ketel. Mendidih air. Saya yakin titik didihnya 100° C meski sampai kini saya tak pernah mengukurnya langsung. Itu pelajaran sekolah yang dulu kita dapat. Kuambil cangkir kecil lalu kutaruh gula sebanyak tiga sendok teh dan kopi bubuk sebanyak dua sendok teh. Rasio 3:2 kerap saya gunakan dalam membuat secangkir kopi hangat yang nikmat. Sambil menunggu kopi siap disruput, saya menulis blog hampa konten ini. Asal tulis dan mengalir saja. Beberapa alasan logis-rasional dapat ditemukan sebagai alasan mengapa banyak orang menyukai kopi. Satu . Bagi sebagian orang, minum kopi bisa menghasilkan ide ide kreatif.  Ini kerap terucap bagi mereka yang pekerjaannya terkait dalam produktivitas gagasan saat mereka  terjebak dalam kondisi kelelahan  menghasilkan gagas

Soto Tak Lagi Nikmat

Siapa tidak pernah makan soto ? Ya. Jenis kuliner ini hampir semua pernah merasakannya. Nikmat dengan limpahan bumbu alami yang menggugah selera. Soto lazimnya dinikmati bersama perkedel kentang , tempe goreng , sate ayam , sate usus maupun telur puyuh namun kurang begitu nikmat bila soto dinikamti bersama kerupuk. Sulit menolak bila ada tawaran soto diberikan dari seseorang. Sangat banyak varian soto di Nusantara misalnya : soto Betawi , soto Bogor , soto Kudus , soto Lamongan , soto Madura , soto Semarang dan coto Makassar . Jenis soto tak hanya terikat dengan asal daerah namun juga cara penyajian yang berlainan. Soto dari suatu daerah bisa kental dengan aroma daging sapi sementara soto dari daerah lain sangat berlimpah aroma ayam.  Ada pula soto yang banyak mengandung bihun di dalamnya namun ada juga soto yang sarat mi kuning dan telor di dalamnya.  Ada yang mengandung tomat dan kubis namun tidak ada untuk jenis soto yang lain.  Soto dengan kandungan santan secara umum lebih gur

Hikmah Perkembangan Kelapa sebagai Pengingat Kematian

Kematian didefinisikan secara ringkas sebagai berpisahnya ruh dari jasad. Berhentinya segala fungsi organ tubuh merupakan akibat dari hal itu. Tulisan singkat ini lebih sebagai analogi sederhana bahwa kematian tidaklah mengenal umur. Bagi masyarakat Jawa, perkembangan buah kelapa memiliki arti filosofis yang membuktikan bahwa kematian tidaklah mengenal usia. Yang lebih tua tidak mesti lebih dulu meninggal dunia daripada yang lebih muda. Kelapa memiliki perkembangan bertahap mulai dari : bluluk , cengkir , degan , dan krambil. Bluluk ialah bentuk buah kelapa yang berukuran sebesar telur ayam. Cengkir ialah bentuk lanjutan dari bluluk yang berukuran sebesar  tangan orang dewasa dan belum memiliki daging buah. Degan ialah buah kelapa muda yang memiliki tekstur kenyal pada daging buah. Banyak orang menikmati degan  dengan cara memakan daging buah dan meminum airnya. Nikmat dan tentu saja segar. Krambil ialah buah kelapa tua yang memiliki tekstur keras pada daging buah. Inilah tahap buah

Wahhabi : Sebuah Tuduhan Keliru

by : b. yudhiarto Membicarakan tentang tuduhan wahhabi memerlukan kesabaran yang dibarengi dengan keilmuan. Bila hanya kesabaran, hal itu tidak mencukupi untuk bisa menghentikan tuduhan wahhabi. Cukuplah dikatakan seseorang itu kurang berilmu bila dengan mudahnya ia mengucapkan kata "wahhabi" ke saudaranya sesama muslim. Mereka yang melontarkan tuduhan wahhabi sebenarnya tidak meyakini secara benar dan memahami secara dalam mengenai apa yang dia ucapkan itu. Umumnya mereka mengatakan bahwa "wahhabi" ialah manhaj (jalan) beragama yang berbeda dengan yang selama ini dia yakini dan lakukan. Dalam konteks ke-indonesia-an, "wahhabi" seringkali identik dengan manhaj yang berbeda dengan mayoritas umat Islam di nusantara. Tuduhan "wahhabi" kerap dialamatkan kepada ustadz yang berguru ke Arab Saudi dan para pengikutnya. Ustadz yang dituduh sebagai ustadz "wahhabi" lazimnya berdakwah dengan ciri : menegakkan tauhid & menghapus kesyirikan, m