Skip to main content

Posts

Tanggapan Klepon tidak Islami

Sebuah berita tidak mesti berbobot tentang informasi yang disampaikan. Beragam hal receh tak berbobot bisa menjadi berita dan viral di masyarakat. Sensasional menjadi salah satu kunci berita receh namun mampu menggegerkan publik. Sebagai penggemar klepon, saya mencoba objektif menyikapi status klepon yang katanya tidak islami . Saya tertarik menerapkan pemahaman saya berkaitan dengan klaim bahwa klepon tidak Islami . Frase italic tersebut akhirnya saya pilih menjadi bagian dari judul. Berharap mampu meng counter berita receh namun sensasional. Perhatikan gambar di atas. Saya tidak pedulikan dari dan untuk siapa ajakan tersebut. Motif melatarbelakangi hal itu juga bukan kapasitas saya untuk menyelidiki. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami. Bila kita pahami dengan sungguh sungguh, kalimat bercetak miring di atas merupakan suatu ajakan meninggalkan klepon karena dianggap sebagai makanan yang tid

Semester Pendek

Juli dan Agustus. Dua nama bulan pada kalender Masehi menciptakan dua pilihan. Pilihan bagi para mahasiswa. Libur semester atau ikuti semester pendek. Mantan mahasiswa tentu pernah merasakan dua pilihan di atas. Pilihan bersantai menikmati libur atau kembali terkuras energi mengikuti kuliah.   Suka atau tidak suka harus mengambil satu dari dua pilihan tersebut. Mengikuti semester pendek menjadi pilihan lebih menantang daripada berlibur. Di sisi lain, bulan Juli dan Agustus merupakan kewajiban bagi para mahasiswa semester VI untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) reguler di suatu tempat.  KKN reguler hanya berlaku bagi mahasiswa dengan Indeks Prestasi Kumukatif (IPK) memadai untuk lepas dari keharusan mengikuti kuliah semester pendek. Back to semester pendek. Pada mulanya, kehadiran semester pendek ditujukan sebagai kesempatan bagi mahasiswa memperbaiki sejumlah nilai mata kuliah sehingga diperoleh IPK lebih tinggi daripada IPK di semester sebelumnya.   Dua sisi semester pendek menar

Warkop

Ingatan saya ketika mendengar nama warkop ialah warkop DKI. Warung Kopi Dono, Kasino dan Indro. Sebuah grup lawak legendaris Tanah Air. Biasa tayang di televisi ketika Lebaran. Benar nggak ? Namun, bukan tentang warkop DKI kali ini yang saya coba bicarakan. Nggak pernah selesai kalau bicara Warkop DKI. Nggih mboten ? Kali ini tentang warkop yang sesungguhnya. Warung kopi in the real life. Sok nginggris dikit lah..!!! Konsepnya masih sama dengan warkop lain pada umumnya. Sajian utama berupa kopi hitam dan gorengan atau beragam makanan ringan. Yang pasti, warkop ialah tempat paling ramah untuk berkumpul bagi rakyat kecil. Starbukcs -nya wong cilik . Begitulah kira kira. Warkop ini punya sisi spesial bagi kaum pria. " Apanya yang spesial, warkop dari dulu yaa gitu-gitu aja ?" "Eeiitsss.." "Tunggu dulu." "Yang bikin spesial ialah penjualnya. Kalau warkop lain penjualnya lelaki, kali ini yang jual cewek..!!" "Wah...!!!!" "Yaa cewek.

Manfaat Membaca Koran

Saatnya kembali ke Bandung. Selalu ada cerita manis yang saya dapatkan di Kota Kembang. Sewaktu kuliah di Bandung, ada pengalaman non-akademik yang saya peroleh. Bukan masalah percintaan atau gaya hidup konsumtif yang lazim bagi mahasiswa. Pengalaman membaca koran. Itu yang saya maksud. Membaca koran bagi kebanyakan orang mungkin  menjadi hal yang biasa. Sekedar membaca  berbagai berita yang tidak sempat disaksikan di televisi atau didengar di radio. Bagi saya, koran lebih dari sekedar media massa yang memberitakan beragam peristiwa yang telah dan akan terjadi. Terdapat tiga nama koran yang rutin saya baca yaitu Media Indonesia, Koran Tempo dan Pikiran Rakyat.  Kenapa tiga koran tersebut yang saya baca ? Harga. Koran yang dijual sekitar kampus Universitas Padjadjaran di Bandung dan Jatinangor memiliki harga spesial. Spesial yang saya maksudkan ialah harga murah. Benar. Harga murah menjadi alasan rasional membeli koran. Saat itu harga Media Indonesia Rp 1000, Koran Tempo Rp 1000 dan

Menjawab Tuduhan Radikal

Telah lama kata radikal muncul di berbagai pemberitaan. Dari dan untuk siapa kata radikal berasal dan ditujukan menjadi hal menarik dibicarakan. Radikal selalu dan selalu dialamatkan kepada umat Islam, tidak kepada umat agama lain. Anehnya ialah mereka yang mengatakan radikal itu justru umat Islam sendiri. Dia melabeli radikal kepada saudara seiman. Audzubillah min dzaliik. Sandaran tuduhan radikal sangat sederhana yaitu : jenggot panjang, gamis, celana cingkrang dan cadar. Keempat hal itu lazim digunakan sebagai alat mencukupi untuk sebuah tuduhan : radikal . Tidak sesederhana itu predikat radikal dialamatkan, terlebih lagi penuduh dan tertuduh radikal sama sama beragama Islam.  Mudahnya seseorang mengatakan radikal tak lepas dari satu penyebab utama yakni jauhnya ilmu Islam yang dimiliki penuduh. Jika pun dia berilmu secara faqih , patut diduga dia menggadaikan keilmuannya demi tujuan tertentu. Dalam perkembangannya, tuduhan radikal kerap ditujukan kepada umat Islam yang be

Pedagang Kaki Lima (PKL)

PKL menjual beragam jenis makanan dan minuman. Makanan ringan hingga makanan berat. Minuman tradisional hingga minuman kekinian. Orang menamakannya jajanan kaki lima. Bahkan saat ini barang dagangan PKL sangat beragam tidak sebatas makanan dan minuman. PKL mulanya merupakan sebuah istilah bagi pedagang yang berjualan menggunakan gerobak dorong. Gerobak dorong semula memiliki tiga roda : doa roda sepeda motor  terdapat di kanan-kiri dan satu roda kecil yang terletak di bagian belakang. Kedua kaki penjual yang mendorong gerobak itu dianggap sebagai kaki. Dengan demikian penjual makanan dengan gerobak dorong dinamakan sebagai pedagang kaki lima. PKL saat ini berjualan menggunakan mobil,  nggak  lagi mendorong gerobak seperti semula. Makna PKL juga bergeser, saat ini pedagang kaki lima identik dengan pedagang yang berjualan aneka makanan dan minuman yang bertempat di trotoar dan pinggir jalan.  Sebagian besar orang mengaitkan keberadaan PKL di pinggir jalan sebagai penyebab utama kemaceta

Grha. Taman. Pelangi

Grha . Bukan Graha .  Grha diambil dari bahasa Sanskerta yang bermakna rumah , griya .  Graha bermakna buaya dalam bahasa Sanskerta.  Grha dicitrakan sebagai rumah mewah, berukuran luas dan tinggi menjulang. Identik dengan simbol kemakmuran  finansial.  Mustahil orang miskin bisa punya grha . Hanya orang super kaya yang pantas tinggal di grha .  Satu yang pasti grha ialah rumah dengan harga sangat mahal. Kupejam mata melihat imajinasi. Grha .  Hal yang tak mungkin aku dalam naungannya.  Aku seorang anak petani penggarap. Kedua orang-tuaku bekerja menggarap sawah milik orang lain. Buruh tani. Itulah atribut bagi dua orang yang membuatku ada di dunia ini.  Gaweanku angon . Aku seorang gembala kambing. Meski aku seorang gembala kambing namun aku tetap bangga, setidaknya bisa mengikuti jejak para Nabi yang hampir semuanya pernah menggembalakan kambing. Tak lebih dari sepuluh kambing kami miliki. Harta bernyawa yang  kami punya. Aku bersabar dalam derita.  Aku berteduh dari panas dan