Skip to main content

Posts

Menyikapi Insiden Pembakaran Baliho HRS

Insiden pembakaran baliho bergambar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), oleh sejumlah massa demonstran semestinya tidak perlu terjadi. Memalukan. Alasan apapun tidak bisa menjadi pembenaran adanya tindakan tersebut. Sekarang, muncul aksi balasan dari sejumlah massa yang tidak terima atas insiden tersebut. Potensi konflik horizontal muncul, namun saya tidak berharap hal itu nyata terjadi. Menyikapi kejadian di atas, selayaknya masyarakat tidak perlu bersikap reaktif berlebihan. Saya bisa memahami kemarahan umat Islam atas insiden pembakaran baliho tersebut. Namun, kemarahan yang timbul tetap harus terkendali sehingga tidak menimbulkan keresahan yang lebih besar. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Perkapolri) Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyelenggaraan, Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan Perkara  Penyampaian Pendapat di Muka Umum. Setiap aparat yang bertugas menangani aksi unjuk rasa, saya menilai mereka memahami peraturan di atas. D

Following

Mengikuti (following) sebuah akun Twitter tampaknya menjadi hal wajib, meski hanya satu following . Sangat mudah mengikuti sebuah akun Twitter . Tinggal klik tombol following .  Dibalik kemudahannya, ada sejumlah pertimbangan untuk melakukan  following , meskipun ada sebagian pemilik akun Twitter  berprinsip 'asal klik' dalam  following .  Setiap pemilik akun Twitter memiliki pertimbangan spesifik untuk melakukan following. Patut dihormati hal tersebut. Saya pribadi menerapkan sejumlah pertimbangan untuk tidak mudah melakukan  following  kepada sebuah akun Twitter . Selektif melakukan following menjadi sebuah prinsip. Beberapa aspek menjadi pertimbangan saya melakukan following yaitu : rasio, tweet dan avatar . Rasio . Perbandingan antara follower  dan following tidak sangat jomplang . Sangat banyak follower namun sangat sedikit following mengindikasikan pemilik akun Twitter berlagak sok artis atau memang artis yang sebenarnya. Begitu katanya.  Bila hal itu saya te

Santai Menyikapi Guyonan

Penerimaan pesan komunikasi sangat beragam. Tidak sama. Sikap pro dan kontra merupakan bentuk  ketidaksamaan tersebut. Beberapa hari saya menyaksikan pro dan kontra terhadap ucapan seorang tokoh agama. Saya menyebutnya 'Ustadz.' Ucapan beliau yang menimbulkan polemik ialah memperbandingkan style pendakwah antar dua suku bangsa di Tanah Air. Saya harus akui bahwa membicarakan suku bangsa dalam ruang terbuka merupakan hal sensitif dan sebisa mungkin dihindari. Tidak menjadi persoalan bila hal tersebut didiskusikan dalam ruang tertutup. Sebagian masyarakat tentu sudah menyaksikan ceramah ustadz tersebut melalui media sosial, YouTube . Meski disampaikan dengan gaya bercanda, namun kesukuan bukanlah bahan guyonan terbaik. Saya mengkritik hal itu. Sejumlah pihak akan merasa disudutkan dengan guyonan tersebut. Itu hampir pasti meski tidak selalu. Respon masyarakat berbeda. Sebagian menilai hal itu sebagai joke semata tanpa tendensi apapun, sebagian lagi mengangap hal itu  sebuah pe

Politik Dinasti

Beberapa hari lalu hingga sekarang ada hal menarik diperbincangkan. Temanya aktual yakni politik dinasti.  Politik dinasti ialah usaha untuk melanggengkan kekuasaan dengan mengajak sejumlah individu yang memiliki hubungan kekeluargaan.  Politik dinasti berkembang di sejumlah negara yang menganut sistem kerajaan (monarki). Tetapi, tidak menutup peluang bahwa politik dinasti berkembang di sejumlah negara yang menganut sistem demokrasi, bahkan di Amerika Serikat sebagai asal sistem demokrasi. Misal, George Walker Bush merupakan putra dari mantan Presiden George Bush.  Hasil akhir politik dinasti ialah sejumlah pemimpin dalam satu hubungan kekerabatan. Keadaan demikian  berisiko menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan. Kita pahami bahwa sistem kerajaan lebih dahulu lahir daripada sistem demokrasi. Politik dinasti lumrah terjadi di negara kerajaan, maka adanya politik dinasti di negara demokrasi merupakan suatu kemunduran. Kemunduran karena ia mengadopsi  sistem yang berlawanan. Politik dinast

Colt Brundul

Minggu pagi ketika banyak orang sibuk dengan persiapan gowes dan senam aerobik, saya malah asyik menyeduh teh hangat.  Saya tetap mencoba istiqamah menerapkan prinsip physical distancing,  semoga cepat berakhir pandemi corona di Indonesia. Sejujurnya saya kehabisan ide untuk menulis di hari ini. Baiklah, saya pilih ide ngawur dan ringan saja daripada nggak ada bahan tulisan.  " Nggak apa apa ya ?" " Okey  kalo begitu !" Anda pernah melihat jenis mobil  di bawah ? Banyak orang menyebutnya sebagai Colt Brundul . Mobil tersebut bermerek Mitsubishi dengan nama varian Colt T120  diproduksi antara tahun 1973-1981 dan merupakan salah satu jenis mobil bak terbuka. Kedua hal ini menjadi sebab ia dikenal sebagai Colt Brundul.  Soal tenaga angkut, sudah pasti terbukti.  Silakan tanya kepada yang pernah menjajalnya. Banyak wong sugih dahulu lebih menyukai membeli colt brundul daripada mobil  pick up lain atau mobil penumpang (station wagon). Pertimbangan manfaat le

Mumet

Sabtu pagi ini langit tampak cerah. Sungguh sayang, kecerahan itu tidak bisa saya nikmati sepenuhnya. Satu hal sebagai penyebabnya yaitu : 'mumet'. 'Mumet' berasal dari boso Jowo yang berarti 'pusing' dalam Bahasa Indonesia. Mumet yang saya alami terjadi bukan karena terhambatnya aliran darah yang membawa oksigen ke otak. Bukan itu.  Mumet karena salah satu aktivitas saya di media sosial (medsos) yang bernama Twitter . Beberapa waktu sebelumnya, saya mengetengahkan berbagai contoh kesalahpahaman di antara pemilik akun Twitter . Masalah tweet berkualitas dan following-follower-unfollow. Saya anggap itu masalah usang di Twitter Kali ini yang membuat mumet ialah narasi tweet . Beragam bentuk narasi tweet dapat saya maklumi mengingat setiap pemilik akun Twitter memiliki latar belakang yang berlainan. Latar belakang pendidikan, keyakinan, gaya komunikasi, sudut pandang dalam mengahadapi masalah dan lain sebagainya. Berbagai hal tersebut menimbulkan variatifny

'Bokong Truk'

Alhamdulillah . Sampai saat ini tidak ada lembaga yang berwenang melakukan sensor terhadap judul tulisan.  "Judulnya vulgar ?" " Nggak juga." " Tuh ada ' bokong ' ?" "Tapi bukan bokong orang." "Okeylah kalo begitu." "Siiiiippppp." Banyak pengalaman diperoleh selama berkendara di jalan raya. Berbagai hal sangat mungkin diperoleh secara secara 'tidak sengaja.' Satu dari sekian banyak hal yang 'tidak sengaja' ditemui ialah gambar dan narasi di ' bokong truk '. 'Bokong truk' ialah  bagian paling belakang pada bak truk. Perhatikan beberapa gambar di bawah. Kedua gambar di atas merupakan hasil kreativitas. Harus tetap diapresiasi. Banyak pemobil maupun pemotor bisa saja tersenyum melihat kedua gambar tersebut dan semisalnya. Senyum mereka saya maknai sebagai bentuk penghargaan. Saya memiliki tiga landasan penghargaan terhadapnya. Satu . Aktualisasi Gagasan. Untuk membuat orang tersenyum, b